Lanjut ke konten

Sebuah Prestasi Bernama Keberuntungan

30 Agustus 2020

Lazimnya bulan Agustus di setiap tahun, hampir semua lembaga menyelenggarakan berbagai perlombaan untuk menyemarakkan bulan Kemerdekaan RI. Ada yang menyelenggarakan lomba yang sudah mainstream seperti balap karung dan sebagainya. Adapula yang menyelenggarakan lomba antimainstream, membuat video TikTok misalnya (saat tulisan ini terbit, hal seperti ini masihlah antimainstream).

Tidak terkecuali Yayasan dimana aku bernaung. Ada perlombaan yang secara khusus dilaksanakan untuk memeriahkan HUT RI ke 75 ini. Lomba video pembelajaran bagi guru, lomba Kepala Sekolah berprestasi, serta lomba guru & karyawan berprestasi.

Biasanya pengumuman para peraih penghargaan disampaikan saat Upacara HUT RI. Namun karena adanya pandemik yang takkunjung usai, maka Upacara HUT RI di Yayasan ditiadakan. Upacara tersebut diganti dengan acara ringkas dengan undangan terbatas. Dua hari sebelumnya aku sudah mendapatkan bocoran kalau yang diundang hanya yang akan mendapatkan penghargaan. Sempat berpikiran, alhamdulillah bisa liburan panjang soalnya aku gak bakalan dapat undangan.

Eh ternyata, hari berikutnya aku dapatkan undangan untuk menghadiri acara pemberian penghargaan tersebut. Yo wis lah, acara liburan bersama anak istri di-reschedule. Meskipun sudah terencana beberapa hari yang lalu untuk sekedar jalan-jalan sama Mbak If & Dik Mar, tentu saja sama umminya juga lah ya.

Aku masih tidak berpikiran bahwa aku akan dapat sesuatu di tanggal 17 Agustus 2020 ini. Ada rekan guru satu unit yang diundang juga, tapi beliau mengikuti lomba video pembelajaran. Pasti beliau dapat juara lah ya. Juga ada bapak Kepala Sekolah kami, ah beliau senantiasa jadi yang terbaik. Lha aku?

Tanpa disangka tanpa dinyana, aku menjadi perwakilan SMA yang mendapatkan predikat Guru Berprestasi dari Yayasan. Prestasi macam apa?? Ini juga jadi pertanyaan besar bagiku. Lha wong aku cuma guru biasa yang hanya melakukan rutinitas layaknya guru pada umumnya. Kok bisa-bisanya aku mendapatkan predikat tersebut dari Yayasan? Syukur alhamdulillah, senantiasa terucap.

Agak minder juga sih. Ketika mendapatkan sertifikat & “ehm” -amplop- dari Yayasan, disebelahku ada guru dari unit SMP sebelah yang notabene sudah malang melintang jadi narasumber di Kemendikbud RI. Sekali lagi pertanyaan besar: Lhah aku???

Sekali lagi alhamdulillah. Mungkin ini yang dinamakan keberuntungan. But wait! Bukankah hampir semua orang mengharapkan keberuntungan?

Maka, jawaban dari pertanyaan besarku terjawab sudah. Apa prestasiku sehingga aku mendapatkan predikat guru berprestasi tahun ini? Jawabannya yaitu: Keberuntungan! Keberuntungan adalah prestasiku. Seperti nama panggilanku saat ini, Faiz. Beruntung!

Ada teman yang bilang, “Hey bro prestasimu opo e?”. Tentu saja dengan mimik bercanda. Ada pula yang bilang, “Itu yang disebut dengan jeneng gawa jenang pak”. Sebuah nama, sebuah cerita. Jeneng Nggawa Jenang pernah saya tulis disini https://www.google.com/amp/s/faizal21.wordpress.com/2014/08/27/jeneng-nggawa-jenang/amp/

Ceritanya Bikin Kanal YouTube

12 Agustus 2020

Sistem pendidikan di Indonesia adalah salah satu bagian yang terpengaruh oleh adanya pandemi ini. Kelas-kelas yang secara tradisional dilakukan dengan tatap muka secara langsung, kali ini berubah total menjadi tatap muka secara daring -sebuah istilah Bahasa Indonesia untuk- online. Berbagai istilah beken lainnya pun bermunculan. Ada BDR, Belajar Dari Rumah. Ada pula PJJ, ~Pacaran~, eh Pembelajaran Jarak Jauh.

Sejak Maret 2020 di belahan dunia yang fana ini sedang dicoba oleh Allah dengan adanya pandemi Covid-19. Tidak terkecuali bumi Indonesia yang notabene rakyatnya kuat-kuat menghadapi keras lunaknya kehidupan. Imbasnya pun terasa di seluruh sektor dan lini kehidupan.

Jauh di dalam Sistem Pendidikan Indonesia, ada satu komponen yang begitu hebat, selalu sigap menghadapi segala perubahan. Apapun yang terjadi, kesiapan komponen ini begitu menentukan arah pendidikan di Indonesia. Core of the core dari Sistem Pendidikan Indonesia: Guru!

Guru, dengan rasa hormat setinggi-tingginya bagi setiap insan yang memilih profesi ini, dituntut untuk selalu kreatif & inovatif menghadapi dinamika yang ada. BDR, PJJ, atau apapun namanya, proses belajar mengajar tetap harus berjalan. Demi sebuah cita-cita para pendiri bangsa ini: mencerdaskan kehidupan bangsa!

Banyak cara yang bisa dioptimalkan oleh para guru untuk menyiasati pembelajaran daring. Ada yang menggunakan berbagai macam Learning Management System (LMS), baik yang dikembangkan oleh berbagai platform digital maupun inisiatif tiap-tiap Sekolah dimana para guru bernaung. Adapula yang difasilitasi dengan aplikasi tatap muka jarak jauh yang membutuhkan kuota besar. Sebagian yang lain mencoba beralih haluan bagaikan artis-artis masa kini: mencoba membuat kanal YouTube & siape berproses menjadi Youtuber!

Tidak percaya? Rekan-rekan bisa coba search video dengan kata kunci “guru”, pasti banyak hasilnya. Atau, coba langsung meluncur ke link berikut: https://www.youtube.com/channel/UCVCvL5kHZTh3_ilitUZNgfA

Kenangan Indah Si Motor Kucing

9 Agustus 2020

Di dunia yang serba cepat dan gak mau ribet, mempunyai kendaraan bermotor sudah menjadi prioritas terdepan bagi setiap orang. Tidak terkecuali dengan keluarga kecil kami. Aku, istriku, dan dua anak kami yang alhamdulillah sudah sepasang perempuan dan laki-laki.

Ketika Maret 2018, komplit kami sekeluarga memutuskan untuk kembali mengontrak rumah di sekitar Cebongan, Mlati, Sleman, DIY. Lebih tepatnya di Toragan RT 02 RW 06, Tlogoadi. Tentu saja kisah perjalanan hidup keluarga kami semakin berwarna.

Anak pertama kami, mbak If, gadis kecil nan cantik, kami arahkan untuk sekolah ngaji di pagi hingga siang hari. Rutaba (Rumah Tahfidz Balita dan Anak) Gemilang di daerah Pangukan menjadi pilihan kami. Jaraknya kurang lebih 5 km dari Toragan.

Awalnya, kami putuskan untuk diantar oleh ibunya anak-anak dengan order ojek online setiap harinya. Waktu itu motor keluarga kami hanya satu, Kawasaki Blitz R kepunyaan istri yang dipakai sejak zaman kuliah dulu. Motor tersebut sehari-hari yang aku gunakan untuk berangkat ngantor.

Seiring berjalannya waktu, dengan mempertimbangkan banyak hal termasuk biaya order ojek online yang dikalkulasikan ternyata cukup boros, kami putuskan untuk coba beli motor seken yang pas dengan tabungan kami. Pilihan jatuh ke motor keluaran Yamaha tahun 2007, Mio Sporty.

Anak-anak yang memang suka dengan kucing, memanggil motor berwarna hitam tersebut dengan sebutan “Si Motor Kucing”. Simpel saja, karena namanya Mio, mirip “meong” di mata mbak If dan dik Mar. Si Motor Kucing menjadi kendaraan yang aku pakai, sedangkan ibunya anak-anak kembali menggunakan Blitz untuk kebutuhan transportasi harian.

Sebenarnya nyaman-nyaman saja ketika aku menggunakan Si Motor Kucing. Meskipun motor bekas, namun alhamdulillah masih dapat performa dan tenaga yang oke punya. Namun memang beberapa kali ketemu kendala pas lagi jalan.

Pertama, karena aku yang kurang teliti di bagian penunjuk bahan bakar pas mau beli Si Motor Kucing yang ternyata sudah error. Aku pikir masih berfungsi dengan baik. Saat pertama pakai, masih menunjukkan full bahan bakar, tapi ternyata tiba-tiba mesin mati & gak mau nyala. Aku pikir ada masalah di mesin, larilah ke bengkel terdekat. Alhamdulillah di sore hari masih ada bengkel yang buka. Mesin di cek aman, ternyata bensin yg habis. Tertawalah montir bengkelnya, serasa habis diprank.

Pengalaman berikut nya terkait kelemahan motor Mio. Ternyata, sebagai pionir motor matic, Mio punya kelemahan yaitu selang BBM yang gampang lepas. Pernah pas jalan bawa istri & anak-anak pas nyampai di bulak/jalan di tengah-tengah sawah tiba-tiba bau bensin & mesin mati. Selang BBM lepas & bensin bocor. Macet & berjalan ria kita sekeluarga di tengah terik matahari untuk nyari bengkel terdekat.

Pernah juga pas mau jamaah maghrib di Masjid Al Huda Toragan, kami sekeluarga naik Si Motor Kucing. Tiba-tiba di tengah perjalanan dari rumah ke masjid, kita mendapati bau bensin yang disusul mesin brebet lalu mati. Saya cek, ternyata selang bensin kembali lepas. Terlambat deh kita jamaah di masjidnya.

Tapi, terlepas dari beberapa kejadian-kejadian unik tadi, yang namanya kendaraan tetaplah sesuatu yang berguna. Pun merupakan sesuatu yang bermanfaat. Tidak terasa hampir 3 tahun Si Motor Kucing menemani keluarga kami di medan perjuangan. Alhamdulillah ada rejeki lainnya, sehingga Si Motor Kucing kami lego untuk selanjutnya berganti kepemilikan. Semoga senantiasa barokah bagi pemilik-pemilik selanjutnya.

Si Motor Kucing

Pendidikan Karakter dan Kecakapan Hidup Berbasis Pembelajaran Jarak Jauh

21 Juli 2020

Sejak pertengahan bulan Maret 2020, WHO telah menetapkan Covid-19 sebagai pandemi. Pandemi bukan digunakan untuk menunjukkan tingkat keparahan penyakit yang disebabkan Covid-19 melainkan menunjukkan tingkat penyebaran secara global melampaui lintas batas provinsi, negara, bahkan benua. Di Indonesia sendiri, Covid-19 telah ditetapkan sebagai bencana nasional oleh Presiden melalui Kepala BNPB. Hal tersebut mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan tidak terkecuali di bidang pendidikan.

Pemerintah melalui Kemendikbud bergerak cepat untuk mengantisipasi penyebaran virus corona dengan dasar sekolah dan kampus adalah tempat manusia berkerumun. Kerumunan menyebabkan virus corona lebih cepat dan mudah menyebar. Kementerian yang dipimpin oleh Nadiem Makarim, akrab disapa Mas Menteri, merumuskan beberapa kebijakan yang bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Berdasarkan Surat Edaran Mendikbud No. 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19, setidaknya ada tiga kebijakan penting terkait pembelajaran.

Pertama, UN Tahun 2020 dibatalkan, termasuk Uji Kompetensi Keahlian 2020 bagi Sekolah Menengah Kejuruan. Kedua, belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh. Ketiga, Penilaian Akhir Semester untuk kenaikan kelas dalam bentuk tes yang mengumpulkan peserta didik tidak boleh dilakukan.

Hal tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri bagi guru sebagai akar rumput dan garda depan pendidikan di Indonesia. Guru tidak hanya dituntut untuk kreatif dan inovatif melainkan juga harus menyikapi dengan ceria dan bijaksana. Terlebih lagi, pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik, tanpa terbebani tuntutan untuk menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan. Dengan demikian, pembelajaran jarak jauh bisa difokuskan untuk memperkuat lifeskills dan karakter luhur para peserta didik.

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka penguatan pendidikan kecakapan hidup terutama mengenai pandemi Covid-19. Guru melalui pembelajaran jarak jauh bisa mengarahkan peserta didik untuk mengenal aspek sejarah, biologi, kimia, hingga pencegahan supaya tidak tertular Covid-19. Guru juga bisa membimbing peserta didik sebagai generasi milenial untuk membuat konten edukatif melalui media vlog/media sosial tentang gerakan social and physical distancing, cuci tangan pakai sabun, maupun penggunaan masker bagi seluruh warga.

Hal yang tidak kalah pentingnya, bahkan bisa menjadi yang paling utama selama pembelajaran jarak jauh adalah pendidikan karakter. Peran guru tidak akan bisa digantikan dalam pembentukan karakter luhur peserta didik meskipun pembelajaran jarak jauh berbasis digital telah diterapkan dalam masa pandemi Covid-19 ini. Guru tetap menjadi sosok yang digugu lan ditiru (teladan) oleh peserta didik.

Berbagai kegiatan sederhana bisa dilakukan oleh guru dalam rangka memberikan teladan karakter luhur bagi peserta didik dalam pembelajaran jarak jauh. Sebagai langkah awal, guru dapat mengkondisikan peserta didik dalam hal berpakaian rapi dan menyiapkan seluruh perlengkapan pembelajaran jarak jauh yang dibutuhkan. Kemudian, guru bisa mengkondisikan peserta didik untuk memulai kegiatan pembelajaran dengan ikrar, berdoa,dan penanaman nilai-nilai adab dalam kehidupan sehari-hari.

Ikrar bisa dibuat oleh guru yang berisikan kesungguhan niat peserta didik dalam menuntut ilmu. Penanaman nilai-nilai adab bisa dilaksanakan dengan cara guru menggali tindakan murid yang mencerminkan kebajikan selama pembelajaran jarak jauh dari rumah masing-masing. Pendidikan bertujuan membentuk karakter seorang peserta didik menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan berperilaku baik. Apabila guru secara sadar dan penuh dedikasi menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh dengan menitikberatkan pada penguatan kecakapan hidup dan karakter luhur maka di masa pandemi Covid-19 ini peserta didik akan terbekali dengan pengetahuan, kesadaran, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai positif dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Scheveningen van Java

16 Mei 2017

Beberapa waktu yang lalu, sebuah BUMN sebut saja PLN menawari sekolah dimana aku mengajar  untuk mensponsori kunjungan ke PLTU Tanjungjati B, Jepara. Penawaran yang sungguh menggiurkan dan amat sayang apabila ditolak. Alhasil, dewan guru segera membentuk panitia pelaksana dengan sasaran kelas XI MIPA dan IPS. Seperti kebanyakan kepanitiaan sepanjang tahun ini, kembali aku ditunjuk menjadi sie acara.

 
Baca selengkapnya…

Gur Piknik

18 Januari 2017

Bayangkan kamu punya libur 2 pekan. Kamu sangat ingin menjadi menikmati suasana liburan itu bersama orang-orang terkasih. Lalu ketika kamu sedang menikmati masa-masa liburan itu, kamu masih memiliki sepekan waktu tersisa, namun ada panggilan tugas alias harus masuk kerja sebelum waktu liburan mu berakhir? Aihhhh……

Alhamdulillah, pekerjaan ku sebagai pendidik membuat ku dapat jatah libur yang sebenarnya lumayan lama tiap semester nya. Seperti akhir semester ini, selama 2 pekan di akhir & awal tahun aku dapat jatah libur. Aku manfaatkan libur ini untuk bersama-sama mengajak istri dan anak mudik ke Banjarnegara.

Namun, inilah keasyikannya jadi seorang guru. Swasta lagi. Hehehe. Ketika liburan sedang seru-serunya berjalan satu pekan, aku harus merelakan satu pekan berikutnya untuk segera balik ke sekolah. Piket lah, rapat lah, dan…. Menemani murid-murid kelas X Fieldtrip.

Teman saya, mas Bowo namanya, lebih memilih untuk tetap berlibur bersama keluarga. Ketika “dipaksa” untuk tetap ikut fieldtrip, beliau berkata, “Ah gur piknik kok”. Sebuah jawaban yang bisa lucu, bisa pula menohok.

Lucu jika dimaknai sebagai: wong enak-enak diajak pergi bareng teman-teman & murid-murid kok malah gak mau ikut. Menohok dengan telak hati nurani bapak-bapak yang sudah berkeluarga seperti aku jika dimaknai: ini kan masih waktunya liburan, bolehlah kalau kita habiskan masa bersama keluarga tercinta. Satu semester kan kita sudah menghabiskan waktu di sekolah, hingga lupa untuk bercengkrama dengan anak istri.

Terlepas dari kedua argumen diatas, aku tetap ikut mendampingi murid-murid pada pelaksanaan fieldtrip kali ini. Gak tau kenapa kok aku didapuk sebagai sie acara. Padahal kan aku masih minim buat ngonsep acara. Apalagi macam acara plesir. 😁

Kami berkesempatan untuk melaksanakan kunjungan ke B2P2T2OOT, Tawangmangu. Entahlah apa kepanjangan dari Balai tersebut. Satu yang pasti, balai ini bergerak di bidang tanaman obat. Mulai dari pembibitan hingga produk akhir berupa obat, ada di B2P2T2OOT Tawangmangu.

Ini kunjungan kedua saya kesana. Dulu ketika masih kuliah S2 (yang hampir saja aku kena DO, lain kali insyaallah aku ceritakan hal ini 😂😂😂), aku pernah kesana bersama rekan-rekan kimia organik UGM. Jadi sudah tidak asing dengan tempat ini. Lumayan bisa jadi pemandu bagi murid-murid karena sudah tahu medan.

Habis lihat-lihat jamu, kita menuju ke Grojogan Sewu, Tawangmangu, Karanganyar. Seingatku, ini juga bukan pertama kali aku kesini. Dulu sekali, aku kesini sama Bapak pake acara mabok naik bis.

Perjalanan lanjut ke Telaga Sarangan. Ini yang bikin dag dig dug. Sepanjang jalan menaiki gunung Lawu. Hampir-hampir bis nya gak kuat. Allahuakbar deh! Kita lewat jalan raya tertinggi di Jawa, kalau gak salah. Jalur Cemara Sewu, Cemara Kandang (silakan baca cerita ku mendaki Gunung Lawu), jalanan yang tertutup kabut dan jurang di sisi kanan kiri.

Pada akhirnya, terpampang juga keindahan alam ciptaan Allah. Telaga yang berada di atas ketinggian telah nampak. Dingin nya air. Sejuknya udara. Suasana terlengkapi dengan suara langkah kaki kuda serta raungan mesin diesel speed boat. Tidak terasa ini semua “gur piknik”.


Dilemma is when you stand on 2 choices.

DBD

13 Desember 2016

Sekira hari Rabu di akhir November 2016 aku merasakan demam. Badan nggregesi, pusing, makan pun takenak. Aku pikir ini cuma demam biasa.

Aku masih melaksanakan tugas harian, datang ke sekolah, masuk ke kelas. Hanya kuat setengah hari. Sebakda sholat dhuhur, aku memohon izin untuk pulang.

Sesampai di rumah, istriku yang sholihah sudah menunggu dengan mempersiapkan tempurangin. Semacam tolak angin yang dicampur teh panas. Berkali-kali aku meminumnya.

Tanpa ada perubahan, hari kedua aku masih merasakan hal yang sama. Kamis, awal Desember 2016. Pusing, tidur taknyenyak. Namun aku berharap hari ini kan sembuh. Aku masih melakukan rutinitas yang sama, mengajar. Apa daya, setengah hari saja aku kuat menjalani kegiatan di sekolah. Aku kembali izin setelah sholat dhuhur, kali ini aku pergi menemui dokter.

Dokter Nurul dari GMC bilang jika 4 hari (sampai hari ahad), tidak ada perubahan, maka aku harus cek darah ke Pramita Lab. Aku optimis sembuh dari demam, karena Jumat sore aku tugas ke Jakarta.

Jumat pagi aku izin tidak masuk sekolah. Aku ingin sehat ketika sore hari berangkat ke Jakarta. Apa daya, makan tak enak. Mual dan muntah. Tongseng kambing pun tiada terasa.

Jumat sore aku tetap berangkat ke Jakarta. Aku naik kereta Senja Utama Yogyakarta bersama kelima rekan kerjaku. Aku bilang baik-baik saja ke rekan-rekan ku. Self healing.

Sabtu pagi, sesampainya di Jakarta, aku ikuti alur hidupku di hari itu. Badanku semakin tidak karuan saja. Aku pun izin ke panitia bahwa aku tidak bisa full konsentrasi. Demamku kian parah.

Aku ceritakan kondisiku ke ustadz Ageng. Menurut beliau, gejala tipes sedang menyerang diriku. Baiklah, aku mulai Googling tentang tipes. Hampir tepat sama gejala-gejala nya dengan yang aku rasakan.

Malam Ahad pun kami pulang ke Yogyakarta. Di dalam kereta, aku merasa mual dan ingin muntah. Namun hanya angin saja yang keluar dari tubuhku. Kosong. Sebab aku takbisa makan seharian.

Ahad pagi, kram perut melandaku ketika perjalanan dari stasiun Tugu ke rumah. Motoran. Aku paksakan untuk terus berkendara, kembali ke rumah. Bagaimana pun, rumah adalah tempat terindah untuk kembali.

Sesampainya di rumah, aku ceritakan kondisiku kepada Ummu Ifa terkasih. Maka kami putuskan untuk segera cek darah ke lab. Hasil lab keluar secepat kereta malam. Aku terdiagnosis kritis trombosit. Baku mutu trombosit minimal 150.000 aku lupa satuannya, punyaku cuma 20.000. Aku putuskan untuk segera ke IGD. RS Akademik UGM yang aku pilih.

Sesampainya di IGD, kembali aku di cek darahnya. Trombosit ku justru semakin menurun, tinggal 17.000. How fast you down, oh my trombosites?

Keputusannya adalah rawat inap dengan diagnosis DBD (dengue fever). Ini pertama kalinya aku rawat inap. Pertama kalinya aku diinfus. Semoga pertama dan terakhir!

Tidak terlalu mengagetkan ketika aku divonis DBD. Sekitar sebulan lalu, tetangga rumah ada yang terserang DBD juga, 4 orang, sekeluarga, satu meninggal. Sudah ada fogging juga di kampung kami, dua kali. Alhamdulillah aku masih diberikan kesempatan untuk bernafas!

Hal yang membuat aku tidak tahan rawat inap adalah karena aku gak boleh sikat gigi. Bisa dibayangkan betapa gak nyamannya mulutku ini. Hehe.

Hal yang membuat aku cepat pulih, dengan seizin Allah, adalah betapa rajinnya istriku untuk mengirimi aku minuman angkak. Entahlah itu minuman apa, yang pasti bisa didapatkan di Mirota Kampus. Selain itu juga jus jambu biji & sari kurma selalu aku konsumsi di sela-sela minum obat di RS.

Alhamdulillah hanya cukup 3 hari 3 malam diri ini terpenjara selaku tersangka DBD di RS. Pengalaman berharga untuk keluarga kecil ku. Aku harap, teman-teman senantiasa sehat.

Oh iya, untuk beberapa waktu aku tidak bisa donor darah. Maaf!

Fieldtrip Dieng

25 Juni 2016

Sebulan yang lalu, aku berkesempatan lagi untuk mengunjungi Dataran Tinggi Dieng. Sudah yang ketiga kalinya aku kesana. Pertama, ketika menjelang idul adha 2009. Saat itu aku belum tahu kalau akan berjodoh dengan Putri Cantik dari Banjarnegara. Kali kedua ketika sayangku sedang mengandung Ifa.
Pada dua kesempatan itu, hanya sehari saja aku di Dieng. Tanpa menginap. Kali ketiga kesana, karena satu rombongan dengan murid-murid dan guru-gurunya yang kece, kami menginap di Homestay Nusa Indah.
Aku pikir gak bakalan seru karena ini ketiga kalinya menginjakkan di kampung tertinggi di Pulau Jawa. Tiga kali kesana pasti suasana sama saja. Tapi aku lupa akan satu hal. Bahwa setiap perjalanan, pastilah memiliki kesan yang berbeda.
Ternyata aku keliru. Aku pikir gak seru. Kenyataannya tidaklah demikian. Asyik sekali bersama anak-anak. Apalagi ketika melihat sahabatku, sebut saja pak Latif, bercanda dengan anak-anak. Siapa kentut? Si Pak Latif. Begitu kata anak-anak ketika melewati kawah berbau belerang yang banyak kita jumpai di Dieng.
Untuk tempat-tempat yang kita kunjungi, standar seperti kebanyakan orang yang sedang wisata ke Dieng. Candi Arjuna, Dieng Theatre, Kawah Sikidang, dan Bukit Sikunir. Ketika pulang, sempat pula mengunjungi kebun teh Tambi, Wonosobo.

image

Sudah ada sejak zaman Belanda

image

Diberi nama Sikidang karena kawahnya pindah-pindah kayak Kijang

image

Cakep banget

image

image

Apa Yang Kamu Takutkan?

23 April 2016

Setiap orang pasti pernah memiliki rasa takut. Bahkan mungkin masih takut dengan suatu hal. Hingga saat ini.
Secara bijak, Islam mengajarkan rasa takut kita hanya kepada Allah. Takut meninggalkan kewajiban kita kepada-Nya. Takut berbuat dosa. Serta semua jenis ketakutan yang menghalangi kita dari Allah.
Namun, tidak semua orang langsung menuju tingkatan takut kepada Yang Maha Lembut. Adakalanya seseorang merasa takut sendirian. Merasa takut keheningan. Merasa takut bertemu begal.
Phobia. Orang barat menyebut ketakutan sebagai phobia. Takut ketinggian. Takut kedalaman. Sejuta takut, sejuta phobia.
Alhamdulillah, sudah beberapa kali sy ikut rafting. Alhamdulillah ternyata sy tidak takut menyusuri sungai. Melewati jeram. Melihat biawak.
Tadi pagi, sy berkesempatan mengantar murid anggota PCAALMON untuk latihan rafting di Sungai Elo. Awal mula, mereka tidak menunjukkan rasa takut. Lama-kelamaan, semakin banyak jeram dan Kedung yang kami lewati, rasa was-was mulai menghinggapi para pengarung pemula ini.
Nura. Adalah Nura, yang ketakutannya melebihi ketakutan peserta lainnya. Kami ajak gojek saja dia. Malah justru semakin ketakutan. Ketika melewati sebuah Kedung, kami balik kapal kami hingga semua jatuh ke sungai. Nura semakin takut.
Satu persatu mulai naik kembali ke perahu karet. Nura belum juga rileks. Matanya nanar. Tidak percaya bahwa ia baru saja mengalakan rasa takutnya. Tidak kah Ia buang air kecil karena takutnya? Entahlah….

image

Rafting

Pendakian Perdana PCA Almon

18 Februari 2016

Yeah!

Akhirnya hasratku tersalurkan juga. Sudah lama tidak merasakan bahagianya hiking, kemarin Sabtu-Ahad 13-14 Februari 2016 berkesempatan untuk naik (lagi) dan nge-camp di Gunung Andong. Gunung yang lagi kekinian banget buat anak-anak muda. Gak gaul kalo belum naik Andong. Kata mereka.

 

Sebenernya dulu sudah pernah. Sebenernya berat juga buat ninggalin Ifa. Dan masih banyak sebenernya-sebenernya lagi. Tapi ya sudahlah, namanya juga hobi. Ehehehe. Maaf ya ummu ifa ❤

Oke, jangan kaget juga kalo anak-anak PCA Almon yang ikut naik semuanya perempuan. Ada satu laki-laki, tapi mendadak dangdut gak bisa ikut. Untung masih ada mas Rizki yang bantu mendampingi anak-anak.

Gunung Andong sebenernya “hanya” 1726 mdpl. Tapi sensasi mendakinya itu yang wah wah wah. Watu Pocong. Mata Air. Kuburan. Jembatan Setan. Aih, lengkap bro! Apalagi sunrise-nya. Allahuakbar!!!! Indah banget…..

Fisik memang gak bisa dibohongi. Awal-awal naik kok udah keringat dingin aja. Tapi setelah beberapa menit berlalu, akhirnya bahagia juga.

Keep it clean!

Jangan pernah meremehkan ketinggian suatu gunung!